Jumat, 08 Oktober 2010

Mencari Pola Pendidikan Terbaik di Indonesia: Kisah Perguruan Sumatera, Tanjung Morawa, Sumatera Utara

Sekitar tahun 2004-2005, saya bersilaturrahmi dengan seorang Paman yang kami panggil "Tulang Patar" karena namanya memang adalah Patar Sitohang, adik lelaki dari ibuku. Silaturrahmi ini menjadi yang pertama, karena sejak kecil kami tidak pernah bertemu dengan paman tersebut karena merantau dan bekerja di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Berita dan informasi mengenai paman tersebut juga sangat minim, akibat minimnya moda transportasi dahulu. Hanya surat selamat hari raya sajalah yang saling dikirimkan setiap tahun, membuat kami tetap mengingat nama Tulang Patar tersebut.

Walaupun baru jumpa pertama, Tulang saya tersebut seperti telah mengenal sangat jauh siapa saja bere-nya atau kemenakannya dan apa saja background dan interestnya. Sehingga pembicaraan tersebut berlangsung hangat.

Pembicaraan pada waktu itu adalah seputar memajukan pendidikan di Sumatera Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Terobosan apa yag perlu dilakukan agar sebuah institusi pendidikan mempunyai greget dan sumbangsing yang besar terhadap lingkungan sekitarnya.

Dengan background sebagai pegawai negeri sipil, tentunya Tulang saya tersebut sangat memahami konsep-konsep pendidikan yang diharapkan, sebagai bagian dari pengalamannya menjadi tenaga pendidik. Beliau menceritakan bahwa dalam waktu dekat akan mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang belakangan saya dengar namanya "Perguruan Sumatera, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara".

Kebetulan pada waktu itu, KH Dedi Masri juga sedang membuat konsep pendidikan dengan mutu tinggi untuk menghasilkan siswa-siswi yang mempunyai kualifikasi pendidikan yang teruji. Waktu itu saya bergabung beberapa saat, untuk membantu Kiai yang juga satu angkatan denganku sewaktu menimba ilmu di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan tepatnya stambuk 89.

Nama lembaga yang didirikan oleh Tuan Syeikh muda ini bernama International Islamic School-Darul Ilmi Murni atau disingkat dengan IIS-DIM, yang secara kebetulan juga beralamatkan di Deli Serdang, tapi di kawasan Namorambe, masuk dari simpang Asrama haji.

Sewaktu saya berada di situ, ada tiga alumni Al Kautsar Al Akbar yang bahu membahu berusaha membangun konsep pendidikan yang diinginkan dan dicita-citakan oleh Pak Kiyai, berdasarkan pengalamannya menuntuk ilmu sampai tingkat Magister di Mesir dan Doktoral di Malaysia. Selain saya ada Ustad Agus Salim, alumni pertama dan Muhammad Ridho, yang waktu itu merupakan aktivis terkemuka di BKPRM se Indonesia.

Dari pengalaman ikut serta dalam pendirian IIS-DIM inilah, saya mengerti beberapa konsep kontemporer dan modern dalam dunia pendidikan. Diskusi dengan KH Dedi Masri, MA, Ust. Drs. Agus Salim dan Muhammad Ridho, SH seperti berlayar terbang di angkasa luar mengarungi sudut-sudut terpelosok galaksi, karena luasnya pengalaman mereka dalam dunia pendidikan.

Untuk mengimbangi pembicaraan saya dengan Tulang Patar tersebut di atas, semua konsep yang saya dapat di IIS-DIM tersebut beserta semua konsep yang saya tahu selama belajar di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, saya utarakan kepada beliau. Baik itu sisi baik, keuntungan, kekurangan dan lain sebagainya.

Dengan bijaksana, Tulang saya ini mengatakan bahwa dia telah menemukan konsep yang mempunyai nilai lebih, paling tidak mempunyai karakteristik khusus dibandingkan beberap sistem yang kami bahas sebelumnya. Waktu itu, saya sangat ingin tahu bagaimana kelak bentuk perguruan tersebut. Akan tetapi sampai lebaran 2010 kemaren, saya akhirnya mendapatkan namanya "Perguruan Sumatera, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia". Menurut info yang saya dengar perguruan ini telah menamatkan siswanya dua angkatan, kebanyakan masuk perguruan tinggi negeri, taruna TNI dan lain sebagainya.

Good Luck My Uncle... Sampai saat ini saya masih penasaran..

Qatar 8 Oktober 2010

Julkifli Marbun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar